Pengertian Gizi Dan Fungsinya
Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan ini disebut ilmu gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi ialah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekskresikan sebagai sisa. (Achmad Djaeni, 1987). Dalam perkembangan selanjutnya ilmu gizi mulai dari pengadaan, pemilihan, pengolahan, sampai dengan penyajian makanan tersebut. Dari batasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu gizi itu mencakup dua komponen penting yaitu makanan dan kesehatan.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan, karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk manusia, disamping udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah untuk:
- Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan / perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak.
- Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari.
- Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain.
- Berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.
Agar makanan dapat berfungsi seperti ini, maka makanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan harus mengandung zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, dan zat-zat ini disebut gizi. Dengan perkataan lain makanan yang kita makan sehari-hari harus dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makanan bukan sekedar makanan, tetapi makanan yang mengandung gizi atau zat-zat gizi. Zat-zat makann yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompokkan menjadi 5 macam, yakni protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Fungsi-fungsi zat makanan itu antara lain sebagai berikut:
a) Protein, diperoleh ddari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (protein nabati), dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh antara lain:
- Membangun sel-sel yang rusak.
- Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormone.
- Membentuk zat inti energi (1 gram energi kira-kira menghasilkan 4,1 kalori).
b) Lemak, berasal dari minyak goring, daging, margarin, dan sebagainya. Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah:
- Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gram lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori).
- Sebagai pelarut vitamin: A, D, E, K.
- Sebagai pelindung terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah.
c) Karbohidrat, berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat adalah juga salah satu pembentuk energi yang paling murah, karena pada umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan (beras, jagung, singkong, dan sebagainya) yang merupakan makanan pokok.
d) Vitamin-vitamin, yang dibedakan menjadi dua, yakni vitamin yang larut dalam air (vitamin A dan B), dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K). Fungsi masing-masing vitamin ini antara lain:
- Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel, dan sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada seraf dan mata.
- Vitamin B1 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat, keseimbangan air dalam tubuh, dan membantu penyerapan zat lemak oleh usus.
- Vitamin B2 berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf mata, dan enzim berfungsi dalam proses oksidasi sel-sel.
- Vitamin B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah, dan dalam proses pertumbuhan serta pekerjaan urat saraf.
- Vitamin C, berfungsi sebagai oktivator macam-macam fermen perombak protein dan lemak, dalam oksidasi dan dehidrasi dalam sel, penting dalam pembentukan trombosit.
- Vitamin D, berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor bersama-sama kelenjar anak gondok, memperbesar penyerapan kapur dan fosfor dari usus, dan memengaruhi kerja endokrin.
- Vitamin E, berfungsi mencegah pendarahan bagi wanita hamil serta mencegah keguguran dan diperlukan pada saat sel sedang membelah.
- Vitamin K, berfungsi dalam pembentukan protombin, yang berarti penting dalam proses pembekuan darah.
e) Mineral, terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat fluor (F), natrium (Na), dan Chlor (Cl), kalium (K), dan Iodium (I). secara umum fungsi mineral adalah sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur sl dan jaringan.
Dilihat dari segi sifatnya, ilmu gizi dibedakan menjadi 2, yakni gizi yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan perorangan dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi kesehatan masyarakat (public health nutrition).
Kedua sifat keilmuan ini akhirnya masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu sendiri, yakni cabang ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinical nutrition) dan cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat atau gizi masyarakat (community nutrition).
Kedua cabang ilmu gizi ini dibedakan berdasarkan hakekat masalahnya. Gizi klinik berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan kesehatan akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Oleh sebab itu, sifat dari gizi klinik adalah lebih menitikberatkan pada kuratif daripada preventif dan promotifnya. Sedangkan gizi masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat. Oleh sebab itu sifat dari gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan (prevensi) dan peningkatan (promosi).
Oleh karena sifat kedua keilmuan ini berbeda maka akan menyebabkan perbedaan jenis profesi yang menangani kedua pokok masalah tersebut. Gizi klinik berurusan dengan masalah klinis pada individu yang mengalami gangguan gizi maka profesi kedokteranlah yang lebih tepat untuk menanganinya. Sebaliknya gizi masyarakat yang berurusan gangguan gizi pada masyarakat dimana masyarakat mempunyai aspek yang sangat luas maka penanganannya harus secara multisektor dan multidisiplin. Profesi dokter saja belum cukup untuk menangani masalah gizi masyarakat.
Penanganan gizi masyarakat tidak cukup dengan upaya terapi para penderita saja karena apabila setelah mereka sembuh akan kembali ke masyarakat. Oleh karena itu, terapi gangguan gizi masyarakat tidak saja ditujukan kepada penderitanya saja tetapi seluruh masyarakat tersebut.
Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja melainkan aspek-aspek terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan sebagainya. Oleh sebab itu penanganan atau perbaikan gizi sebagai upaya terapi tidak hanya diarahkan kepada gangguan gizi atau kesehatan saja melainkan juga ke arah bidang-bidang yang lain. Misalnya penyakit gizi KKP (kekurangan kalori & protein) pada anak-anak balita, tidak cukup dengan hanya pemberian makanan tambahan saja (PMT) tetapi juga dilakukan perbaikan ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan, dan sebagainya.
2.2 Konsep Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun ddan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. 13 pesan dasar gizi seimbang yaitu :
- Memakan aneka ragam makana
- Memakan makanan untuk memnuhi kecukupan energi
- Memakan makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
- Membatasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi
- Menggunakan garam beryodium
- Memakan makanan sumber zat besi
- Memberikan ASI pada bayi sampai umur 4 bulan
- Membiasakan makan padi
- Minum air bersih dan aman yang cukup jumlahnya
- Melakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
- Menghindari minuman beralkohol
- Memakan makanan yang aman bagi kesehatan
- Membaca label makanan yang dikemas
Karbohidrat dan lemak yang berguna sebagai penghasil energi . contoh makan yang mengandung karbohidrat : beras, jagung , sagu, singkong, roti. Contoh bahan makanan sumber lemak; daging berlemak, margarin, minyak goreng, keju. Protein berguna untuk pertumbuhan. Contoh bahan makanan sumber protein hewani: daging, ikan, ayam, hati, telur, susu. Contoh bahan makanan sumber protein nabati : kacang kacangan, tempe, tahu. Vitamin dan mineral berguna untuk pengatur. Contoh bahan makanan sumber vitamin dan mineral adalah sayuran dan buah buahan.
2.4 Penyakit-Penyakit Gizi
Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan, atau sering disebut status gizi. Apabila tubuh berada dalam tingkat kesehatan gizi ptimum, dimana jaringan jenuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimum dalam kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi keesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrition ini mencakup kelebihan nutrisi atau gizi disebut gizi lebih (overnutrition), dan kekurangan gizi (undernutrition).
Penyakit-penyakit kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan zat gizi, dan telah merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia, antara lain sebagai berikut :
- Penyakit Kurang Kalori Dan Protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena ketidak seimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau terjadi defisiensi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita, karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori, maka akan terjadi difisiensi tersebut. Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni :
- KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai antara 84%-95% dari berat badan menurut standart Harvard.
- KKP sedang kalau berat badan anak hanya mencapai 44%-60% dari berat badan menurut standart Harvard.
- KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berta badan menurut standdart Harvard.
Beberapa ahli hanya membedakan adanya dua macam KKP saja, yakni: KKP ringan atau gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau lebbih sering disebut marasmus (kwashiorhor). Anak atau penderita marasmus ini sanagt kurus, berat badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.
Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis : oedema atau honger oedema (H.O.) atau juga disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar. Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.
- Penyakit Kegemukan (Obesitas)
Penyakit ini terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebtuhan energi, yakni konsumsi kalori terlau berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi di dalam tubuh ini disimpaan dalam bentuk lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di tempat-tempat tertentu diantarany dalam jaringan subcutan, dan di dalam jaringan tirai usus. Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya pada laki-laki melebihi 15% dan pada wanita melebii 220% dari berat badan ideal menurut umurnya.
Pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat, karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab itu, pada umumnya lebih cepat gerah, capek, dan mempunayi kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini, para penderitanya cenderung menderita penyaakit-penyakit : Kardiovaskuler, Hipertensi, dan Diabetes Mellitus.
Berat badan yang ideal pada orang dewasa menurut rumus Dubois adalah :
B (kg) = [T (cm) – 10] + 10%
Keterangan :
B = Berat badan hasil perkiraan atau pengukuran
T = Tinggi badan
- Anemia (penyakit kurang darah)
Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang. Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin. Disamping itu Fe juga diperlukan sebagai enzim penggiat. Fe lebih mudah diserap oleh usus halus dalam Ferro. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar Ferritin yang terdapat dalam mukosa sel-sel usus. Pada wanita ekskresi Fe lebih banyak melalui menstruasi sehingga kebutuhan Fe pada wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria.
Anemia di Indonesia jumlahnya besar sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan anemia khususnya untuk ibu hamil dilakukan melalui pemberian Fe secara cuma-Cuma melalui puskesmas atau posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan, maka program ini berjalan lambat.
- Zerophtalmia (Defisiensi Vitamin A)
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A. Fungsi vitamin A yakni : fungsi dalam proses melihat, metabolisme, dan reproduksi. Gangguan yang diakibatkan karena kekurangan vitamin A yang menonjol khususnya di Indonesia adalah gangguan dalam proses melihat yang disebut zerophtalmia. Program penanggulangan zerophtalmia ditujukan pada anak balita untuk pencegahan kebutaaan melalui puskesmas dan posyandu. Disamping itu, program pencegahan dapat dilakukan melalui penyuluhan gizi masyarakat tentang makanan-makanan yang bergizi, khususnya makanan-makanan ebagai sumber vitamin.
- Penyakit Gondok Endemik
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan zat Iodium yang merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon Thyroxin. Terapi penyakit ini pada penderita dewasa pada umumnya tidak memuaskan. Oleh sebab itu, penanggulangan terbaik adalah pencegahan, yaitu dengan memberikan dosis Iodium kepada para ibu hamil. Untuk penanggulangan penyakit akibat kekurangan Iodium dalam rangka ppeningkatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui program Iodiumisasi. Yaitu dengan penyediaan garam dapuryang diperkaya dengan Iodium. Dalam kaitan ini pemerintah Indonesia melalui Departemen Perindustrian telah memproduksi khusus garam Iodium untuk daerah-daerah endemic gondok.
2.5 Kelompok Rentan Gizi
Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok di dalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan gizi. Biasanya kelompok rentan gizi ini berhubungan dengan proses kehidupan manusia, oleh sebab itu, kelompok ini terdiri dari kelompok umur tertentu dalam siklus kedidupan manusia. Pada kelompok-kelompok umur tersebut berada pada suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain. Oleh sebab itu, apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya. Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari :
1) Kelompok Bayi (umur 0-1 tahun)
Di dalam siklus kehidupan manusia, bayi berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat yang sangat diperlukan adalah protein, kalsium, vitamin D, vitamin A dan K, serta zat besi. Secara alamiah zat-zat gizi tersebut sudah terkandung dalam ASI (Air Susu Ibu).
2) Kelompok Anak Balita
Anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya dalam populasi besar.
Dengan adanya Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), yang sasaran utamanya adalah anak balita. Dalam hal ini untuk meningkatkan gizi dan kesehatan anak balita.
3) Kelompok Anak Sekolah
Pada umumnya kelompok umur ini mempunyai kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan kesehatan anak balita. Masalah-masalah yang timbul pada kelompok ini antara lain : berat badan rendah, defisiensi Fe (kurang darah), dan defisiensi vitamin E. Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah sangat tepat untuk membina dan meningkatkan gizi dan kesehatan kelompok ini.
4) Kelompok Remaja
Pertumbuhan anak remaja pada umur ini juga sangat pesat, kemudian juga kegiatan-kegiatan jasmani termasuk olahraga juga pada kondisi puncaknya. Oleh sebab itu, apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan dan kegiatan-kegiatannya, maka akan terjadi difensiasi yang akhirnya dapat menghambat pertumbuhannya.
Upaya untuk membina kesehatan dan gizi kelompok ini juga dapat dilakukan melalui sekolah (UKS), karena kelompok ini pada umumnya berada di bangku sekolah menengah pertama maupan atas.
5) Kelompok Ibu Hamil
Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai pendukung proses kehamilan tersebut., misalnya mammae.
Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin, dan mineralyang meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi.
6) Ibu Menyusui
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama bayi oleh sebab itu, maka untuk menjamin kecukupan ASI bagi bayi, makanan ibu yang sedang menyusui harus diperhatikan. Zat-zat ini diambil dari tubuh ibu, dan harus digantikan dengan suplai makanan ibu sehari-hari.
Dalam batasan-batasan tertentu kebutuhan bayi akan zat-zat gizi ini diambil dari tubuh ibunya, tanpa menghiraukan apakah ibunya mempunyai persediaan cukup atau tidak.
7) Kelompok Usia Lanjut (Usila)
Meskipun Usila ini sudah tidak mengalami penurunan fungsinya, maka sering terjadi gangguan gizi. Disamping itu, alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun, sehingga makanan yang mudah dicerna dan tidak memberatkan fungsi kelenjar pencernaan.
Keperluan energi pada Usila sudah menurun, oleh sebab itu, konsumsi makanan untuk Usila secara kuantitas tidak sama dengan pada kelompok rentan yang lain. Yang penting di sini kualitas makanan dalam arti keseimbangan zat gizi harus dijaga.
2.6 Pengukuran Status Gizi Masyarakat
Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa diantara kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekuranagn gizi adalah kelompok bayi dan anak balita. Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita dan anak bayi. Di bawah ini akan diuraikan 4 macam cara pengukuran yang sering dipergunakan di bidnag gizi masyarakat serta klasifikasinya :
- Berat Badan Per Umur
Berdasarkan klasifikasi dari Universitas Harvard, keadaan gizi anak diklasifikasikan menjadi 3 tingkat, yaitu :
- Gizi lebih (over weight) adalah apabila berat badan bayi atau anak menurut umurnya lebih dari 89% standart Harvard.
- Gizi baik (well nourished) adalah apabila berat badan bayi atau anak menurut umur berada diantara 60,1%-80% standart Harvard.
- Gizi kurang (under weight) adalah apabila berta badan bayi atau anak menurut umurnya 60% atau kurang dari standart Harvard.
- Tinggi Badan Menurut Umur
Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga menggunakan modifikasi standart Harvard. Denagn klasifikasinya sebagai berikut :
- Gizi baik, apabila panjang tinggi badan bayi atau anak menurut umurnya lebih dari 80% standart Harvard.
- Gizi kurang, Apabila panjang atau tinggi badan bayi atau anak menurut umurnya berada diantara 70,1%-80% dari standart Harvard.
- Gizi buruk, apabila panjang atau tinggi badan bayi atau anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standart Harvard.
- Berat Badan menurut Tinggi
Pengukuran berat badan menurut tinggi badan ini diperoleh dengan mengkombinasikan berat badan dan tinggi badan per umur menurut standart Harvard juga. Klasifikasinya adalah sebagai berikut :
- Gizi baik, apabila berat badan bayi atau anak menurut panjang atau tingginya lebih dari 90% standart Harvard.
- Gizi kurang, apabila berat badan bayi atau anak menurut panjang atau tingginya berada diantara 70,1%-90% standart Harvard.
- Gizi buruk, apabila berat badan bayi atau anak menurut panjang atau tingginya 70% atau kurang dari standart Harvard.
- Lingkar Lengan atas (LLA) menurut umur
Klasifikais pengukuran status gizi bayi atau anak berdasarkan lingkar lengan atas, yang sering dipergunakan mnegacu kepada standart Wolanski, klasifikasinyaa adalah:
- Gizi baik, apabila LLA bayi atau anak menurut umurnya lebih dari 85% standar Wolanski
- Gizi kurang, apabila LLA bayi atau anak menurut umurnya berada diantara 70,1%-85% standar Wolanski
- Gizi buruk, apabila LLA bayi atau anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Wolanski
2.7 Masalah Gizi Masyarakat
- Keadaan Gizi Masyarakat Indonesia
Terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif ditentukan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat esensial adalah terpenuhinya kebutuhan pangan yang bergizi.
Permintaan pangan yang tumbuh lebih cepat dari produksinya akan terus berlanjut. Akibatnya, akan terjadi kesenjangan antara kebutuhan dan produksi pangan domestik yang makin lebar. Penyebab utama kesenjangan itu adalah adanya pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi, yaitu 1,49 persen per tahun, dengan jumlah besar dan penyebaran yang tidak merata.
Dampak lain dari masalah kependudukan ini adalah meningkatnya kompetisi pemanfaatan sumber daya lahan dan air disertai dengan penurunan kualitas sumber daya tersebut. Hal ini dapat menyebabkan kapasitas produksi pangan nasional dapat terhambat pertumbuhannya. Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja.
Pada bayi dan anak balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. Bahkan pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi dan balita, dengan demikian, akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pangan dengan jumlah dan mutu yang memadai harus selalu tersedia dan dapat diakses oleh semua orang pada setiap saat. Bahasan tersebut menggambarkan betapa eratnya kaitan antara gizi masyarakat dan pembangunan pertanian. Keterkaitan tersebut secara lebih jelas dirumuskan dalam pengertian ketahanan pangan (food security) yaitu tersedianya pangan dalam jumlah dan mutu yang memadai dan dapat dijangkau oleh semua orang untuk hidup sehat, aktif, dan produktif.
Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi yang dalam bahasa Inggris disebut malnutrition, dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah gizi-kurang (under nutrition) dan masalah gizi-lebih (over nutrition), baik berupa masalah gizi-makro ataupun gizi-mikro.
Gangguan kesehatan akibat masalah gizi-makro dapat berbentuk status gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih. Sedang gangguan kesehatan akibat masalah gizi mikro hanya dikenal sebutan dalam bentuk gizi kurang zat gizi mikro tertentu, seperti kurang zat besi, kurang zat yodium, dan kurang vitamin A.
Masalah gizi makro, terutama masalah kurang energi dan protein (KEP), telah mendominasi perhatian para pakar gizi selama puluhan tahun. Pada tahun 1980-an data dari lapangan di banyak negara menunjukkan bahwa masalah gizi utama bukan kurang protein, tetapi lebih banyak karena kurang energi atau kombinasi kurang energi dan protein. Bayi sampai anak berusia lima tahun, yang lazim disebut balita, dalam ilmu gizi dikelompokkan sebagai golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk KEP. Jika melihat pertumbuhan jumlah penduduk dan proporsi balita pada dari tahun ke tahun, sebenarnya jumlah balita penderita gizi buruk dan kurang cenderung meningkat.
Kronisnya masalah gizi buruk dan kurang pada balita di Indonesia ditunjukkan pula dengan tingginya prevalensi anak balita yang pendek (stunting <-2 SD). Masih sekitar 30-40 persen anak balita di Indonesia diklasifikasikan pendek. Tingginya prevalensi gizi buruk dan kurang pada balita, berdampak juga pada gangguan pertumbuhan pada anak usia baru masuk sekolah. Pada tahun 1994 prevalensi gizi kurang menurut tinggi badan anak usia 6-9 tahun adalah 39,8 persen dan hanya berkurang sebanyak 3,7 persen, yaitu menjadi 36,1 persen pada tahun 1999.
Masalah gizi lainnya yang cukup penting adalah masalah gizi mikro, terutama untuk kurang vitamin A, kurang yodium, dan kurang zat besi. Meskipun berdasarkan hasil survei nasional tahun 1992 Indonesia dinyatakan telah bebas dari xerophthalmia, masih 50 persen dari balita mempunyai serum retinol <20 mcg/100 ml, yang berarti memiliki risiko tinggi untuk munculnya kembali kasus xeropthalmia. Sementara prevalensi gangguan akibat kurang yodium (GAKY) pada anak usia sekolah di Indonesia adalah 30 persen pada tahun 1980 dan menurun menjadi 9,8 persen pada tahun 1998.
Walaupun terjadi penurunan yang cukup berarti, GAKY masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5 persen dan bervariasi antar wilayah, dimana masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi GAKY di atas 30 persen.
Diperkirakan sekitar 18,16 juta penduduk hidup di wilayah endemik sedang dan berat; dan 39,24 juta penduduk hidup di wilayah endemis ringan. Masalah berikutnya adalah anemia gizi akibat kurang zat besi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil adalah 50,9 persen pada tahun 1995 dan turun menjadi 40 persen pada tahun 2001, sedangkan pada wanita usia subur 15-44 tahun masing-masing sebesar 39,5 persen pada tahun 1995 dan 27,9 persen pada 2001. Prevalensi anemia gizi berdasarkan SKRT 2001 menunjukkan bahwa 61,3 persen bayi < 6 bulan, 64,8 persen bayi 6-11 bulan, dan 58 persen anak 12-23 bulan menderita anemia gizi.
- Penyebab Utama Masalah Gizi di Indonesia
Terdapat dua faktor yang terkait langsung dengan masalah gizi khususnya gizi buruk atau kurang, yaitu intake zat gizi yang bersumber dari makanan dan infeksi penyakit. Kedua faktor yang saling mempengaruhi tersebut terkait dengan berbagai fakto penyebab tidak langsung yaitu ketahanan dan keamanan pangan, perilaku gizi, kesehatan badan dan sanitasi lingkungan.
Ketahanan pangan merupakan salah satu isu utama upaya peningkatan status gizi masyarakat yang paling erat kaitannya dengan pembangunan pertanian. Situasi produksi pangan dalam negeri serta ekspor dan impor pangan akan menentukan ketersediaan pangan yang selanjutnya akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan di tingkat wilayah. Sementara ketahanan pangan pada tingkat rumahtangga, akan ditentukan pula oleh daya daya beli masyarakat terhadap pangan
Ketahanan pangan sebagai isu penting dalam pembangunan pertanian menuntut kemampuan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan pangan yang diperlukan secara sustainable (ketersediaan pangan) dan juga menuntut kondisi yang memudahkan masyarakat memperolehnya dengan harga yang terjangkau khususnya bagi masyarakat lapisan bawah (sesuai daya beli masyarakat).
Menyeimbangkan antara ketersediaan pangan dan sesuai dengan daya beli masyarakat dengan meminimalkan ketergantungan akan impor menjadi hal yang cukup sulit dilaksanakan saat ini. Pada kenyataannya, beberapa produk pangan penting seperti beras dan gula, produksi dalam negeri dirasa masih kalah dengan produk impor karena tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat kita.
Kebijakan yang ada pun tidak memberi kondisi yang kondusif bagi petani sebagai produsen, untuk dapat meningkatkan produktivitasnya maupun mengembangkan diversifikasi pertanian guna mengembangkan keragaman pangan.
2.8 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Pemerintah mempunyai upaya yang signifikan dalam rangka mengupayakan perbaikan gizi masyarakat Indonesia. Kolaborasi antar Departemen menunjukkan keseriusan dalam penaganan masalah gizi. Sebagai usaha antar departemen dapat dilihat melalui program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Adapun Departemen atau badan pemerintah yang terkait dalam UPGK yaitu:
- Departemen Kesehatan
- Departemen Pertanian
- Departemen Agama
- Departemen Dalam Negeri
- Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
- Departemen Pendidikan Nasional
Selain upaya tersebut tersedianya klinik gizi ditingkat rumah sakit atau pukesmas baik pukesmas kecamatan atau kelurahan merupakan upaya rujukan terdekat yang dapat dimanfaatkan oleh individu keluarga, masyarakat untuk memperoleh informasi terkait dengan perbaikan gizi ataupun upaya penanggulangan penyakit-penyakit yang disebabkan kekurangan gizi.
Pada jalur pendidikan, dengan adanya pengajaran tentang gizi apakah berdiri sendiri ataupun sudah terintegrasi dalam mata ajar tertentu adalah salah satu upaya pengenalan tentang gizi yang cukup efektif yang dapat diberikan mulai tingkat sekolah dasar.
ü Peran Pemerintah
Payung kebijakan terbaru perintah untuk mengatisipasi bertambah buruknya status gizi massyarakat adalah Intruksi Presiden nomor 8 tahun 1999 tentang Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi. Pada intinya Gerakan Nasional ini bertujuan menggali berbagai potensi yang ada pada keluarga dan masyarakat untukk memenuhi kecukupan pangan ditingkat keluarga. Dan peduli pada anggota yang mengalami gizi buruk Gerakan Masyarakat Peduli ASI merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi. Dengan adanya beberapa Departemen yang terkait dalam upaya-upaya penanggulangan gizi tersebut diatas melalui kewenangan yang ada pada tiap institusi tersebut diharapkan lebih mendorong meningkatkan perhatian masyarakat sehingga status gizi dan kesehatan masyarakat meningkat.
ü Peran Masyarakat
Berbagai upaya pemerintah untuk peningkatan gizi telah diuraikan, namun apabila tanpa didukung atau tidak dipedulikan tidak akan mendapatkan hasil yang optimal dan efektif. Pemberdayaan keluarga melalui revitalisasi Usaha Perbaikan Gizi Keluarga dan Pemberdayaan Masyarakat melalui revitalisasi posyandu adalah merupakan strategi utama dalam Gerakan Nasional.
Adanya kader posyandu merupakan salah satu bentuk kepedulian masyarakat akan keikutsertaan untuk perbaikan kondisi gizi atau kesehatan masyarakat. Kader sebagai tumpuan pemberdayaan masyarakat dan keluarga perlu dibekali dengan pengetahuan gizi yang memadai melalui penyegaran dan pelatihan.Dengan demikian ia dapat memberikan penyuluhan gizi dengan menggunakan pesan-pesan gizi sederhana, pelayanan gizi, pemanfaatan lahan pekarangaan yang secra keseluruhan kegiatan yersebut dapat dilaksanakan oleh masyarakat sendiri.
Pentingnya kebiasaan hidup sehat dan pola makan gizi seimbang sehari-hari belum merupakan kebutuhan yang dirasakan sebagaian besar masyarakat. Karena itu upaya perbaikan gizi tidak cukup dengan penyediaan sarana tetapi juga perlu upaya perubahan sikap dan perilaku. Masalah gizi, baik masalah gizi kurang dan gizi lebih, disebabkan banyak faktor yang saling terkait. Masalah gizi kurang yang dapat menjadi gizi buruk, misalnya bukan hanya karena anak kekurangan makanan, tetapi juga karena penyakit.
Pola pengasuhan anak juga sangat menentukan status gizi dan kesehatan anak, demikian juga kualitas pelayanan kesehatan dasar yang berpihak pada orang miskin. Berbagai sebab tadi sangat ditentukan oleh situasi ekonomi rakyat, keamanan, pendidikan dan lingkungan hidup. Masalah gizi tidak dapat ditangani dengan kebijakan dan program sepotong-sepotong dan jangka pendek serta sektoral, apalagi hanya ditinjau dari aspek pangan. Dari pengalaman negara berkembang yang berhasil mengatasai masalah gizi secara tuntas dan lestari seperti Thailand, Tiongkok dan Malaysia diperlukan peta jalan kebijakan jangka pendek dan jangka panjang. Masing-masing diarahkan memenuhi persediaan pelayanan dan menumbuhkan kebutuhan atau permintaan akan pelayanan.
Untuk itu diperlukan kebijakan pembangunan di bidang ekonomi, pangan, kesehatan dan pendidikan, serta keluarga berencana yang saling terkait dan mendukung, yang secara terintegrasi ditujukan untuk mengatasi masalah gizi (kurang dan lebih) dengan meningkatkan status gizi masyarakat (World Bank, 2006). Kebijakan yang mendorong penyediaan pelayanan meliputi lima hal.
- Pelayanan gizi dan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang dilaksanakan tahun 1970-1990an, penimbangan balita di Posyandu dengan KMS.
- Pemberian suplemen zat gizi mikro seperti pil besi kepada ibu hamil, kapsul vitamin A kepada balita dab ibu nifas.
- Bantuan pangan kepada anak gizi kurang dari keluarga miskin.
- Fortifikasi bahan pangan seperti fortifikasi garam dengan yodium, fortifikasi terigu dengan zat besi, seng, asam folat, vitamin B1 dan B2.
- Biofortifikasi, suatu teknologi budi daya tanaman pangan yang dapat menemukan varietas padi yang mengandung kadar zat besi tinggi dengan nilai biologi tinggi pula sebagai contoh.
Kebijakan yang mendorong terpenuhinya permintaan dan kebutuhan masyarakat meliputi enam hal. Yakni, bantuan langsung tunai (BLT) bersyarat bagi keluarga miskin, kredit mikro untuk pengusaha kecil dan menengah, pemberian suplemen makanan khususnya pada waktu darurat, pemberian suplemen zat gizi mikro khususnya zat besi, vitamin A dan zat yodium, bantuan pangan langsung kepada keluarga miskin, serta pemberian kartu miskin untuk keperluan berobat dan membeli makanan dengan harga subsidi, seperti beras untuk orang miskin (raskin) dan MP-ASI untuk balita keluarga miskin.
Kebijakan yang menumbuhkan permintaan adalah dengan mendorong perubahan perilaku hidup sehat dan sadar gizi, melalui pendidikan gizi dan kesehatan. Pendidikan itu bertujuan memberikan pengetahun kepada keluarga, khususnya kaum perempuan, tentang gizi seimbang, memantau berat badan bayi dan anak sampai usia 2 tahun, pengasuhan bayi dan anak yang baik dan benar, air bersih dan kebersihan diri serta lingkungan, serta mendorong pola hidup sehat lainnya. Kebijakan yang mendorong penyediaan pelayanan meliputi enam hal.
- Pelayanan kesehatan dasar termasuk keluarga berencana dan pemberantasan penyakit menular
- Penyediaan air bersih dan sanitasi
- Kebijakan pengaturan pemasaran susu formula.
- Kebijakan pertanian pangan untuk menjamin ketahanan pangan.
- Kebijakan pengembangan industri pangan yang sehat
- Memperbanyak fasilitas olah raga bagi umum
Kebijakan yang mendorong terpenuhinya permintaan atau kebutuhan pangan dan gizi meliputi pembangunan ekonomi yang meningkatkan pendapatan rakyat miskin, pembangunan ekonomi dan sosial yang melibatkan dan memberdayakan masyarakat rakyat miskin, pembangunan yang menciptakan lapangan kerja, kebijakan fiscal dan harga pangan yang meningkatkan daya beli masyarakat miskin dan pengaturan pemasaran pangan yang tidak sehat dan tidak aman. Kebijakan yang mendorong perubahan perilaku yang mendorong hidup sehat dan gizi baik bagi anggota keluarga adalah meningkatkan kesetaraan gender, mengurangi beban kerja wanita terutama pada waktu hamil, dan meningkatkan pendidikan wanita.
ü Perencanaan dan intervensi Keperawatan
Tujuan utama asuhan keperawatan adalah memelihara agar kebutuhan nutrisi memadai. Tujuan asuhan keperawatan untuk pasien dengan gangguan nutrsi, antara lain:
- Mencegah komplikasi masalah-masalah nutrisi.
- Status nutrisi terpelihara.
- Menyusun menu yang disukai pasien dengan jumlah kalori yang memadai.
Intervensi keperawatan pada masalah nutrisi tergantung dari diagnosa keperwatan. Beberapa intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah nutrisi antara lain:
- 1. Meningkatkan nafsu makan
Kurang nafsu makan atau anoreksia tidak jarang disertai keluhan fisik seperti kelemahan, lesu, cemas, depresi dengan atau tanpa nyeri lambung. Kondisi ini masalah pada orang dewasa. Namun, bila berlangsung lama timbul penurunan stamina dan masalah-masalah nutrisi lainnya. Beberapa intevensi keperawatn untuk masalah nutrisi ini:
- Menghilangkan atau mengurangi kondsi-kondisi atau gejala-gejala penyakit yang menyebabkan penurunan nafsu makan seperti menjaga kesehatan kulit, memberi analgetik untuk nyeri atau antipiretik untuk demam dan menganjurkan istirahat untuk mengurangi kelelahan.
- Memberikan makanan yang disenangi, sedikit demi sedikit tetapi sering dengan memperhatikan jumlah kalori dan tanpa kontra indikasi.
- Menata ruang pasien senyaman mungkin sehingga meningkatkan nafsu makan pasien. Misalnya membuat ruang pasien bebas dari bau obat dari bau-bauan lain yang mengganggu minat makan pasien.
- Menurunkan stress psikologi. Kurang pemahaman tentang terapi dan prosedur operasi, dan rasa takut pada pasien akan menyebabkan anoreksia. Untuk itu parawat perlu mendiskusikan masalah-masalah diatas sehingga menurunkan stress yang dialami pasien.
- 2. Membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi
- Pasien vegetarian
Umumnya, masyarakat mulai menyadari akan bahaya memakan daging terlalu banyak. Sebagian orang telah beralih menjadi vegetarian, dengan alasan agama, ekonomi maupun fisik. Setidaknya, ada empat jenis vegetarian. Pertama, vegatarian: hanya mengkonsumsi makanan dari tumbuhan. Kedua, Lacto vegetarian: mengkonsumsi makanan dari tumbuh-tumbuhan ditambah telur (tanpa susu). Ketiga, lacto-ovo vegetarian: mengkonsumsi makanan dari tumbuh-tumbuhan, telur dan susu. Keempat, frutarian: hanya mengkonsumsi buah-buahan, kacang-kacangan, minyak zaitun dan madu.
Prinsip utama yang harus diperhatikan oleh perawat dalam menyusun menu bagi vegetarian adalah kebutuhan protein, vitamin dan mineral terpenuhi dalam jumlah memadai. Bagi lacto-ovo vegetarian, hal ini tidak terlampau sukar karena dapat mengkonsumsi susu dan telur sebagai sumber protein dan sayuran sebagai pelengkap sumber vitamin dan mineral. Sebaliknya, vegan vegetarian, sumber protein tidak mungkin diperoleh dari susu dan telur yang bukan berasal dari tumbuhan. Untuk itu, protein nabati seperti kedelai (tahu, tempe), kacang-kacangan, nasi, dan coklat menjadi pilihan sebagai sumber protein.
- Pasien buta
Biasakan mereka belajar makan sendiri. Perawat harus selalu memotivasi mereka untuk mandiri. Namun untuk pasien buta untuk sementara, seperti: akibat operasi, perawat perlu menyuapi pasien ketika makan. Agar mereka mengenal ruang atau tempat makan perlu dijelaskan dan dikenalkan ruang atau tempat makan tersebut. Jangan lupa untuk memberi tahu pasien bila makanan yang diberikan berupa makanan yang panas.
- Pasien yang tidak dapat mengunyah
Bagi pasien yang tidak dapat mengunyah baik akibat kecelakaan, tumor, operasi, maupun fraktur pada rahang, diperlukan suatu modifikasi agar pasien bisa makan. Hal yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah kemungkinan pasien merasa rendah diri atau malu. Untuk itu, perawat perlu menjaga privacy dan harga diri pasien. Bila ternyata perlu disuapi tanyakan pada pasien, apakah pasien mau disuapi oleh keluarganya. Karena pasien biasanya lebih suka disuapi anggota keluarga daripada oleh perawat.
- Memotivasi pasien mengkonsumsi cairan
Dokter sering menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi cairan sebanyak mungkin, tetapi bagi pasien akan lebih baik jika diberikan sedikit demi sedikit. Untuk itu perawat dapat memotivasi pasien minum dengan cara menawarkan cairan tersebut setiap kali perawat masuk keruagan pasien.
- 3. Nutrisi Enteral dan Parental
Meskipun pencernaan oral melalui saluran normal atau saluran pencernaan merupakan cara terbaik untuk masukan nutrisi pada pasien, tapi pada kondisi-kondisi tertentu cara ini bukan menjadi pilihan. Ada dua cara lain pemberian makanan dirumah sakit yaitu nutrisi enteral dan parental (Hui, 1985. 245).
Nutrisi enteral adalah pemberian makanan secara langsung ke dalam saluran pencernaan melalui selang (tube) atau dengan melakukan suatu insisi (perlukaan) pada area yang dituju. Sedangkan nutrisi parenteral adalah pemberian makanan secara langsung melalui injeksi sari-sari makanan ke dalam pembuluh darah vena. Contoh nutrisi parenteral adalah terapi intravena dan nutrisi parenteral total atau parsial.